Resume : 26
Gelombang : 29
Hari, tanggal : Rabu, 23 Agustus 2023
Narasumber : Mutmainah, M.Pd
Moderator : Widya Arema
Dari mana datangnya lintah, dari
sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta, dari
mata turun ke hati.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Hati adalah Raja, sedangkan
anggota tubuh adalah prajuritnya.
Kita merasai senang, suka, sedih,
bingung, khawatir, bahkan jatuh cinta dan patah hati menggunakan hati. By Hearth.
Segala yang kita sampaikan dari
hati, maka akan sampai ke hati pula.
Bagaimana jika menulis dengan
melibatkan hati, apakah akan sampai pula ke hati pembacanya?
Sure.... Pasti....
Terus bagaimana caranya?
Sulitkah?
Tekniknya apakah sama?
There's always a first time for everything
Selalu ada pengalaman pertama untuk segala
sesuatu, dan untuk kesalahan dalam pengalaman pertama segala kesalahan
termaafkan, sedangkan keberhasilan adalah luar biasa.
I will never know until I try
Kalau saya tidak mencoba maka saya
tidak akan tahu apakah saya melakukan kesalahan atau kegagalan atau menjadi
sukses.
Bagaimana pun jadinya nanti saya tetap
mendapatkan hal yang sangat berharga sebuah pelajaran dari pengalaman yang saya
alami.
Jika kita menulis sambil mengedit
tulisan kita tidak akan jadi.
Saat menulis libatkan emosi kita.
Beri warna dan rasa pada tulisan kita.
Saat kita menuliskan tentang
kesedihan gambarkan kesedihan itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti
kita sedang berbicara curhat pada
sahabat kita jika kita sedang sedih.
Saat kita sedang marah sampaikan
rasa amarah itu dalam kata kata. Sehingga seolah pembaca merasakan aura
kemarahan kita.
Apa itu Writing by Heart?
Sejatinya menulis adalah keterampilan
tertinggi setelah membaca dan berbicara.
Menulis dengan hati artinya
jadikan hati sebagai inspirasi saat menulis. Jadikan hati sebagai sumber untuk
mengolah ide dan inspirasi yang disampaikan melalui tulisan.
Otak dan pikiran hanyalah alat
dari proses menulis yang bersumber dari hati tersebut.
Tulisan adalah jiwa, setiap yang
berjiwa pasti bisa menulis, tulisan dengan hati akan sampai ke hati.
Tulis apa saja yang kita rasakan,
kita amati, dan kita dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit
terlebih dahulu.
Makhluk itu sangat besar,
tingginya melebihi pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan.
Surainya mencuat tinggi berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa
yang mereka lihat. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu
menghantamkan ekornya dengan kuat.
Byuuuurrrr, seketika air laut
bergejolak setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan
masalah terbesar mereka. Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin
mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, akan tiba dihadapan mereka. Ooh
bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?
Naah bagaimana saat kita membaca
paragraf ini?
Tentu kita juga merasakan dingin,
dan ketakutan seperti ketiga sahabat itu bukan.
Jadikan tulisan kita memiliki rasa
takut, senang, melalui melihat, mendengar, membau. Libatkan semua panca indera.
Kenapa bisa seperti itu?
Kuncinya karena SUKA
Jangan menulis sesuatu yang tidak
kita sukai. Ibaratnya jika Anda tidak menyukai minum kopi, jangan memaksa minum
kopi. Pasti tidak akan menggambarkan kopi itu secara obyektif bukan?
Jangan menulis karena terpaksa.
Ingat tulisan yang ditulis dengan
terpaksa hanya akan berupa rangkaian huruf tanpa nyawa.
Kosong, bisu dan tak membekas di
hati pembaca. Menulis adalah soal perasaan. Tidak cukup hanya pengetahuan,
seorang penulis harus memiliki pemahaman. Pemahaman dimulai dari memahami diri
sendiri baru memahami orang lain.
Penulis yang punya rasa akan
menjadi sensitif dan mampu menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya
akan menjadi lebih dalam dan dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh
pembaca. Dengan melibatkan rasa, penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan
sesuatu yang menggelegak dari dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap
oleh pembacanya. Merasa nggak? Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni
adalah kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki
jalan yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain.
Jadi hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.
Tapi semata mata karena ingin
dipuji. Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan badmood bahkan
malas untuk menulis. Berbeda dengan jika
menulis semata2 karena ibadah ingin menebarkan sesuatu yg menghibur, yg
bermanfaat. Dipuji atau tanpa dipuji kita akan terus melaju dengan tulisan
kita.
Jika kita ingin tulisan kita
mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya
bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja.
Jadikan diri kita sebagai pembaca.
Seorang penulis hendaknya suka
membaca.
Ibarat kendaraan maka membaca
adalah bahan bakar seorang penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide,
bahasa dan bahsn menulis. Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari
penelitian Stephen D. Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research,
Theory, and Application, bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan
menulis. Responden yang merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak
kecil dan mengaku sudah terbiasa menulis sejak masih sekolah.
Ibarat berjalan selalu ada
karang yang menghadang. Angin badai
menerpa, meruntuhkan kesadaran
tapi yakinlah itu semua hanya
kerikil tajam sandungan. Akan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN
yakni menjadi penulis.
Saat lelah mendera, pikiran buntu,
atau writer block menyerang istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih
tinggi. Tulisan yang dibuat dengan hati akan sampai pada hati pula. Tulisan itu
akan membius dan membekas dihati pembacanya. Saat tulisan kita memiliki soul,
maka tulisan itu tidak akan membosankan. Melekat dalam ingatan.
1. Lebih menyentuh pembaca
Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih
menggugah pembaca. Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan. Saat
menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda tengah memproduksi
rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis. Instal dalam diri
Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama proses menulis. Emosi positif
ini akan membimbing untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Coba rasakan
tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi positif, pasti sangat berbeda dengan
apabila tulisan terbimbing oleh emosi negatif.
2. Ketika
kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka tulisan tersebut akan
memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara nyata oleh pembaca. Kita
pasti pernah membaca sebuah buku yang membuat kita merasa masih larut dalam
cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi penulis buku tersebut
sangat menjiwai tulisannya.
3. Lebih
mudah menyusun cerita.
Tentu kita pernah
merasakan Writer Block. Tak ada ide menulis. Jangankan menulis paragraf.
Membuat kalimat saja kadang tak terangkai. Maka cobalah menulis dengan hati. Tulis
semua yang ada disekeliling kita, rasakan dengan indera kita. Tulis saja, tanpa
mengindahkan kaidah penulisan. Tulis seolah kita berbicara. Menulislah dengan
berbagi rasa lewat abjad, dan menyentuh hati pembaca lewat tulisan.
Bandingkan dua tulisan ini
Contoh menulis melibatkan hati dan
tidak melibatkan hati
Pada sesi penutup, narasumber memberikan tips menulis:
"Lupakan teori menulis, just write and write"
- Menulislah dengan hati
- Menulis itu seperti berbicara, sesuatu yang kita senangi
- Menulislah dengan hati untuk menghadirkan hati pembaca dalam tulisan anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar