Sabtu, 22 Juli 2023


Tema    : Proofreading SEBELUM MENERBITKAN TULISAN

Resume : 12

Gelombang    : 29

Hari, tanggal : Jumat, 21 Juli 2023

Narasumber  : Susanto, S.Pd

Moderator     : SIM Cgung Wei, SP.


Belajar lagi di KBMN 29 malam ini bersama narasumber Pak Susanto, S.Pd dan moderator Sim Chung Wei SP. Setiap pertemuan dalam KBMN selalu istimewa terlebih karena materi yang disampaikan, juga dari para pemateri yang hebat. Malam ini akan membahas tentang Proofreading sebelum menerbitkan tulisan. Terus terang, kata Proofreading bagi saya masih asing dan baru pertama kali mendengar.

Moderator malam ini, Pak Sim Chung Wei biasa dipanggil Koko Sim. Saat ini mengajar di SD Saint Peter School, Jakarta Utara. Alumni peserta Belajar Menulis PGRI asuhan OmJay gelombang 26 yang sekaligus merupakan mentor saya dalam mewujudkan buku antologi sebagai prasyarat kelulusan dalam KBMN ke-29.

Beliau akan membersamai narasumber Pak Susanto yang akrab disapa dengan PakD Sus. PakD Sus adalah guru SDN Mardiharjo, Kec. Purwodadi, Kab. Musi Rawas, Sumatera Selatan. Beliau alumni KBMN Gelombang 15 (2020), ikut proyek antologi pertama Ukir Prestasi dan Tebar Inspirasi (2020) bersama Ibu Sri Sugiastuti (Bu Kanjeng). Saat ini beliau sedang mengikuti proyek antologi RVL (Rumah Virus Literasi) dan Penerbit Cahaya Pelangi Media.

Mungkin bagi sebagian besar kita sudah pernah mendengar istilah Proofreading atau disebut juga uji-baca. Seperti apa proofreading itu? Mengapa proofreading perlu dilakukan? Bagaimana cara melakukan proofreading? Melalui pertanyaan dasar tersebut, PakD Sus mulai memberikan penjelasan.

Apa itu proofreading?

Proofreading adalah membaca ulang kembali untuk memeriksa sebuah tulisan agar diketahui ada atau tidak kesalahan. Kesalahan yang dikoreksi pada sebuah tulisan berkaitan dengan saltik (kesalahan pengetikan) atau ejaan, penggunaan tanda baca, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, dan logika dari sebuah tulisan.

Saltik (salah pengetikan) atau typo digolongkan menjadi:

  1. Typo insidental, kesalahan mengetik, cukup diperbaiki.
  2. Typo individual, kecenderungan pribadi, misalnya menulis kata "buku" pada awal kalimat selalu "BUku".
  3. Typo automatical, koreksi otomatis dari aplikasi, seperti bisa menjadi bias; sosial menjadi social; asma menjadi atsma.
  4. Typo konseptual, bukan salah ketik melainkan salah konsep. Seperti karier menjadi karir; tanda titik sesudah tanda seru atau tanda tanya.
Koreksian selanjutnya setelah memeriksa adanya typo adalah Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Untuk mengakses EYD kita bisa mengunjungi laman https://ejaan.kemdikbud.go.id.eyd/. Dalam EYD kita harus memerhatikan penggunaan huruf, penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penulisan unsur serapan.

Contoh proofreading:







Mengapa proofreading perlu dilakukan?

Hal ini menjadi suatu keharusan karena penulis kadang kesulitan menemukan kesalahan atau merasa tulisan tersebut sudah benar dan layak untuk diterbitkan. Pada kondisi ini maka mengoreksi tulisan setelah tulisan selesai dibuat. Tidak dianjurkan untuk mengoreksi tulisan pada saat menulis atau sebelum tulisan diselesaikan.


Ketika tulisan telah selesai, lalu siapa yang melakukan proofreading atau mengoreksi tulisan? Tentunya dilakukan oleh penulis atau orang lain yang lebih profesional.

Bagaimana cara melakukan proofreading? 

Untuk melakukan proofreading naskah sendiri (self editing), langkah yang harus dilakukan adalah:
  1. Menetralkan perasaan terhadap tulisan sendiri, diamkan naskah beberapa waktu.
  2. Membaca dulu seluruh naskah yang sudah ditulis sebelum mengedit agar tidak salah asumsi.
  3. Memeriksa saltik (typo), istilah, EYD, struktur, kelogisan.
  4. Membaca dengan bersuara (enak, mengalir)

Contoh proofreading pada tataran struktur dan konsistensi kalimat.


Pada bagian penutup, narasumber mengingatkan agar kalimat tidak panjang-panjang. Seperti pada contoh berikut:

Tempat favorit saya untuk dikunjungi selama akhir pekan adalah rumah kakek nenek saya di dekat danau, di mana kami suka memancing dan berenang, dan kami sering naik perahu ke danau.

Secara normal, kalimat itu terlalu panjang. Kita dapat memecahnya menjadi dua atau tiga kalimat agar membuatnya lebih jelas seperti kalimat berikut:

 Tempat favorit saya untuk dikunjungi selama akhir pekan adalah rumah kakek nenek saya. Itu dekat danau, tempat  kami suka memancing dan berenang. Kami juga sering naik perahu ke danau.

Banyak ilmu yang didapat. Pengetahuan dan wawasan baru dalam menulis selalu didapat pada pertemuan-pertemuan KBMN. Terima kasih telah tergabung dengan komunitas hebat ini di bawah naungan tim solid OmJay. 

Jaya selalu untuk tim solid OmJay

Salam Literasi







2 komentar:

  Sudah lama blog ini penuh dengan sarang laba-laba. tidak ada aktivitas menulis sejak beberapa bulan terakhir. Padahal dengan konsisten, ki...