Tema : Diksi Sebagai Seni Bahasa
Resume : 18
Gelombang : 29
Hari, tanggal : Jumat, 04 Agustus 2023
Narasumber : Maydearly
Moderator : Widya Arema
Pertemuan ke-18 KBMN malam ini bersama The Queen Of Diction, dengan nama pena Maydearly. Beliau adalah seorang guru di SMPN 1 Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten. Memiliki pengalaman sebagai Narasumber : 1) Narasumber Webinar Assesment of Product and Project for US di MGMP Wilbi 3 Kab. Lebak. 2)Teacher Training and Consultancy di ProNative (Maret 2021) 3). Narasumber Kelas Menulis PGRI. 4). Narasumber Kelas Menulis WIMP MPA. 5). Narasumber Kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD). Motto dalam hidupnya: "Menulislah untuk hidup seribu tahun".
Selaras dengan nickname-nya, narasumber menyapa peserta dengan We are in one screen berlari dari bangku cemas menggedor ribuan ilmu sebagai resep yang menyempurnakan koefisien aksara agar serupa mawar di tengah gulma.
Untaian kata kadang membuat kita
terbang merotasi udara.
Seuntai kata, kadang membuat rona
merah di wajah.
Seuntai kata kadang bisa membuat kita
jatuh cinta.
Tapi..
Seuntai kata bisa juga membuat kita
terpuruk jatuh tak berdaya.
Diksi sebagai Seni Bahasa menjadi cemilan menawan di pembuka malam yang elegan ini.
Sebab banyak keindahan dari sebuah kata menjadi prosa yang melampaui bayu di udara. Diksi bak irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata dengan sejuta makna.
Diksi – akar katanya dari bahasa
Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata
kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan
sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter
kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
William Shakespeare dikenal
sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah
drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme
dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat
realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang
digilas zaman.
Maydearly; Diksi adalah bagian dari seni sebuah bahasa. Diksi adalah pelengkap suatu sastra. Diksi bukanlah gaya bahasa, tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati pembaca.
5 Jurus Jitu dalam Mengembangkan Diksi yang Menarik:
1. Sense
of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat
digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun.
Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu
permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra
peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak
terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu
yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Contoh
:
Pada pori-pori angin yang dingin, aku
pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2. Sense of Smell adalah menulis dengan
melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma.
Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku
gantungkan dilangit harapan.
3. Sense of Taste adalah menulis dengan
melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita.
Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan,
atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh:
Remah-remah kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya
cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum
Toxin.
4. Sense of Sight adalah menulis dengan
melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu
ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar
menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang
tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan
membayangkannya. Prinsip utama dan
manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya,
ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara
di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai
pijar luka yang menganga.
5. Sense of hearing adalah menulis
dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita.
Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin,
inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk
menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang
ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara.
Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya
tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku padamu seperti angin yang
berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga
yang cedera.
Sebagai halte dalam pertemuan, Maydearly memberikan hembusan segar agar peserta terbiasa dengan penggunaan diksi. Bisa karena terbiasa
Tawanan Rindu
Created by: Maydearly
Merinduimu di setiap keping nafas tanpa
terbias.
Walau harus ku hitung waktu lewat
puluhan jari
Jawabanku masih tetap merinduimu.
Tataplah, ada banyak rindu yang bertebaran di langit
Petiklah satu demi satu sebagai ayat
rinduku
Langit itu kini tak lagi dingin, kabar
darimu tak lagi mampir
Menawan batinku dengan berjuntai tanya
dan khawatir.
Biarkan aku menenggelamkan diri dalam kubangan rindu
Semangkuk harap kupersiapkan menuju
kedatanganmu
Sebab, merinduimu adalah memupuk
kalori semanis madu.
Lebak, 20 Mei 2023
Salam Literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar